Dampak Harga Telur Mahal
PONOROGO – Meroketnya harga telur di Kabupaten Ponorogo berimbas pada bantuan pangan non tunai (BPNT) yang disalurkan. Item telur yang biasanya diberikan seberat 1 kilogram diganti protein hewani lainnya. Yakni ikan Tongkol seberat 8 ons untuk Juni dan daging ayam 1 kilogram untuk penyaluran bulan Juli. Pergantian itu menyusul harga telur yang kian merangkak naik yang mencapai Rp30 ribu per kilogram.
Pergantian bantuan sosial (bansos) ini terlihat di salah satu toko penyalur di Kelurahan Brotonegaran, Kecamatan Kota, Ponorogo. Pemilik toko Taufiq Sadki, mengatakan penggantian item bansos itu menyesuaikan perkembangan harga di pasaran. Pun item pengganti masih sejenis, yakni makanan pelengkap yang mengandung protein hewani.
“Kalau tetap telur kasihan KPM (keluarga penerima manfaat), nanti komoditas lain berkurang,” kata Taufiq.
Lebih lanjut ia menjelaskan, item bantuan sosial lainnya tidak berubah. Satu paket bansos berisi beras medium (15 kilogram), ayam (1 kilogram), sayur-mayur, dan kacang tanah (0,5 kilogram) untuk bulan Juni. Sementara bulan Juli, beras beras medium (15 kilogram), ikan Tongkol (8 ons), buah apel Fuji (4 buah), dan bawang (0,6 kilogram).
“Nilai total bantuannya sama, Rp 200 ribu untuk satu bulan penerimaan. Kategorinya karbohidrat, protein hewani, protein nabati, vitamin, dan mineral,”jelasnya.
Salah satu penerima, Jumini mengaku lebih memilih telur ayam. Menurutnya telur tahan tanpa disimpan di kulkas. Sedangkan item pengganti ikan Tongkol maupun daging ayam harus disimpan di kulkas agar dapat dimasak di hari-hari berikutnya.
“Ikan harus dimasak seketika atau disimpan di kulkas biar awet. Kalau telur tak perlu disimpan di kulas bisa disimpan berhari-hari,”ungkap Jumini.
Sementara itu, pantauan di Pasar Legi Ponorogo, harga telur ayam di angka Rp 27.500 per kilogram untuk harga eceran. Sedangkan harga grosir Rp 27.000 per kilogram. Kenaikan itu telah terjadi mulai Juli lalu.
“Normalnya Rp 25-26 ribu,” kata Sumini, salah seorang pedagang di Pasar Legi. (el)
