PONOROGO-Diklaim lebih tinggi 2 meter dari Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali, Proyek Pembangunan Monumen Reog Ponorogo dan Museum Peradaban mendapat tambahan anggaran sebesar Rp 164,7 miliar dari pemerintah pusat.
Rencana kucuran dana ini, sesaat setelah proyek monumental yang berada di desa Sampung Kecamatan Sampung dan sudah dikerjakan selama 2 tahun lalu, anggaranya hanya sebatas untuk membangun monumen setinggi 126 meter.
Sekretaris Menteri Koordinator Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan, pembangunan Monumen Reog Ponorogo dan Museum Peradaban memerlukan fasilitas penunjang, sehingga dibutuhkan penambahan pembiayaan.
“Pembiayaan untuk menuntaskan pembangunan monumen tersebut telah diputuskan dalam rapat bersama Bappenas, Kementerian Keuangan, dan beberapa kementerian terkait,” paparnya Sabtu (11/1/2024).
Menurutnya, pembangunan Monumen Reog Ponorogo dan Museum Peradaban akan menggunakan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
“Karena ini proyek untuk daerah, namanya KPDBU, dengan skema pembiayaan pemerintah daerah dan badan usaha,” kata Susiwijono.
Lebih jauh Susiwijono menjelaskan,
penambahan anggaran ini sejalan dengan Reog Ponorogo ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Unesco. Pemerintah ingin monumen itu menjadi salah satu destinasi wisata baru di Ponorogo, Jawa Timur.
“Kami berharap ini menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru, khususnya Ponorogo dan sekitarnya di Jawa Timur. Nanti dibikin ambient-nya, dibikin ekosistemnya, kita ingin menarik wisatawan ke Ponorogo,” kata Susiwijono yang baru saja terpilih menjadi Ketua Pawitandirogo.
Sementara, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyampaikan pembangunan monumen saat ini mencapai 95% ditahap pertama. Menurutnya, monumen itu siap dirilis pada tahun ini dengan berbagai fasilitas pendukung di dalam dan juga luarnya.
“Tahun ini sudah main buildingnya sudah 95% mungkin pada awal Februari sudah selesai untuk bangunan utama,” kata Sugiri di sela-sela acara syukuran penetapan Reog Ponorogo menjadi Warisan Budaya Tak Benda dari Unesco.
Orang nomer satu di Ponorogo juga mengatakan, pembangunan monumen dan museum dilakukan secara megah untuk menarik perhatian wisatawan dari dalam dan luar Indonesia.
“Wisata itu ibarat perempuan harus wangi, harus cantik dan harus memikat serta indah,” kata Sugiri. (el)
